Archive for category Renungan

Derajat Hadits Tentang Golongan Wanita Penghuni Neraka

Derajat Hadits tentang Beberapa Golongan Wanita yang diadzab di Neraka

عن الإمام علي بن أبي طالب قال: دخلت أنا وفاطمة على رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم فوجدته يبكي بكاء شديدا فقلت: فداك أبي وأمي يا رسول الله ما الذي أبكاك؟ فقال صلى الله عليه وآله وسلم: يا علي ليلة أسري بي إلى السماء رأيت نساء من أمتي في عذاب شديد واذكرت شأنهن لما رأيت من شدة عذابهن رأيت امرأة معلقة بشعرها يغلي دماغ رأسها، ورأيت امرأة معلقة بلسانها والحميم يصب في حلقها، ورأيت امرأة معلقة بثديها، ورأيت امرأة تأكل لحم جسدها والنار توقد من تحتها، ورأيت امرأة قد شد رجلاها إلى يداها وقد سلط عليها الحيات والعقارب، ورأيت امرأة عمياء في تابوت من النار يخرج دماغ رأسها من فخذيها وبدنها يتقطع من الجذاع والبرص، ورأيت امرأة معلقة برجليها في النار، ورأيت امرأة تقطع لحم جسدها في مقدمها ومؤخرها بمقارض من نار، ورأيت امرأة تحرق وجهها ويدها وهي تأكل امعاءها، ورأيت امرأة رأسها رأس خنزير وبدنها بدن حمار وعليها ألف ألف لون من بدنها، ورأيت امرأة على صورة الكلب والنار تدخل من دبرها وتخرج من فمها والملائكة يضربون على رأسها وبدنها بمقاطع من النار، فقالت فاطمة: حسبي وقرة عيني أخبرني ما كان عملهن وسيرهن حتى و ضع الله عليه هذا العذاب فقال صلى الله عليه وآله وسلم: يا بنيتي أما المعلقة بشعرها فإنها كانت لا تغطي شعرها من الرجال، أما المعلقة بلسانها كانت تؤذي زوجها، أما المعلقة بثديها فإنها كانت تمتنع عن فراش زوجها، أما المعلقة برجلها فإنها كانت تخرج من بيتها بغير أذن زوجها، أما التي تأكل لحم جسمها فإنها كانت تزين بدنها للناس، أما التي شد رجلاها إلى يداها وسلط عليها الحيات والعقارب فإنها كانت قليلة الوضوء قذرة اللعاب وكانت لا تغتسل من الجنابة والحيض ولا تنظف وكانت تستهين بالصلاة، أما العمياء والصماء والخرساء فإنها كانت تلد من الزنا فتعلقه بأعنق زوجها، أما التي كانت تقرض لحمها بالمقارض فإنها كانت قوادة، أما التي رأسها رأس خنزير وبدنها بدن حمار فإنها كانت نمامة كذابة، أما التي على صورة الكلب والنار تدخل من دبرها وتخرج من فمها فإنها كانت معلية نواحه

Artinya:
’Ali bin Abu Thalib berkata, ‘Pada suatu hari aku dan Fathimah mengunjungi Nabi Kami mendapati beliau dalam keadaan menangis tersedu-sedu. Lalu aku bertanya, ‘Avah dan ibuku menjadi tebusan bagimu wahai Rasulullah, apakah yang menyebabkan Anda menangis?’ Beliau menjawab, ‘Wahai ‘Ali, pada malam aku diisra’kan ke langit , aku melihat para wanita dari umatku sedang disiksa dengan berbagai adzab. Aku menangis karena menyaksikan beratnya siksaan itu. Aku melihat ada wanita yang tergantung pada lidahnya dan dituangkan ke dalam
tenggorokannya timah yang mendidih. Ada juga wanita yang kedua kakinya diikatkan ke dadanya dan kedua tangannya diikatkan ke ubun-ubunnya. Ada pula seorang wanita yang tergantung pada buah dadanya. Juga wanita yang berkepala babi dan berbadan keledai yang ditimpakan kepadanya sejuta macam adzab. Aku lihat pula wanita berupa seekor anjing. Dari mulutnya api masuk dan keluar dari duburnya, sedangkan para malaikat memukul kepalanya dengan godam dari api.’ Fathimah berdiri seraya berkata, ‘Wahai kekasihku dan permata hatiku, apa amalan yang telah mereka lakukan sehingga mereka menerima adzab yang sedemikian mengerikan?’ Beliau menjawab, “Wahai anakku, wanita yang tergantung pada rambutnya itu adalah wanita yang tidak menutupi rambutnya dari pandangan laki-laki. Wanita yang tergantung pada lidahnya itu adalah wanita yang suka menyakiti suami. Wanita yang tergantung pada buah dadanya itu adalah wanita yang berbuat mesum di tempat tidur suaminya. Wanita yang kedua kakinya diikat ke dadanya dan
kedua tangannya diikat ke ubun-ubunnya serta dikerumuni oleh ular dan kalajengking adalah wanita yang tidak mensucikan tubuhnya dari janabah dan haid serta menyia-nyiakan shalat. Wanita yang kepalanya kepala babi dan badannya badan keledai adalah wanita yang banyak mengadu domba lagi pendusta. Sedangkan wanita yang berupa seekor anjing sedangkan api masuk ke mulutnya dan keluar dari duburnya adalah wanita yang suka mengungkit- ungkit pemberian dan pendengki” (Al-Kabair, Hal 178).

Imam Adz-Dzahabi menyebutkan hadits ini dalam kitab Al-Kaba’ir tanpa menyebutkan sanadnya. Adapun sanadnya terdapat dalam kitab Biharul Anwar jilid 8 Hal. 309 cetakan Darul Ihya At-Turots Al-‘Aroby dengan sanadnya dari
عن علي بن عبد الله الوراق عن محمد بن أبي عبد الله عن سهل بن زياد عن عبد العظيم بن عبد الله الحسني عن محمد بن علي الرضا عن آبائه عن علي عليهم السلام قال: دخلت أنا وفاطمة…. الخ.
Dari Ali bin Abdullah al-Waroq, dari Muhammad bin Abi Abdillah, dari Sahal bin Ziyad, dari Abdul ‘Azhiim bin Abdillah al-Hasani, dari Muhammad bin Ali ar-Ridho, dari ayahnya, dari Ali bin Abi Thalib, dia berkata: “………. hadits di atas.

Dari sanad hadits banyak para perawi yang tidak dikenal, diantaranya adalah Ali bin Abdullah al-Waroq dan Abdul Azhiim al-Hasani. Maka dengan sebab inilah dalam Kumpulan Fatwa Lajnah Ad-Da’imah jilid 17 halaman 167, cetakan Darul Muayyad menyatakan hadits di atas sebagai hadits palsu dan mengandung kedustaan atas nama Rasulullah shalallahu alayhi wasallam.

Wallahu A’lam

, , , , , , ,

Tinggalkan komentar

Ketika Pandemi Covid-19 Melanda

* Pandemi Covid-19 Adalah Takdir dari Allah

Allah Ta’ala berfirman,

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ(22)

Artinya: “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid: 22).

* Pandemi Covid-19 Adalah Salah satu Musibah

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ(157)

Artinya: “ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah [2]: 155-157)

* Pandemi Covid-19 Adalah Cobaan bagi Orang yang beriman

Kita perhatikan pula firman Allah Ta’ala:

أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُترَكُواْ أَن يَقُولُواْ ءَامَنَّا وَهُم لَا يُفتَنُونَ (2)

Artinya: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?.” (QS. Al ‘Ankabuut [29] : 2)

* Panduan Rasulullah Shollallahu’alayhi wa Sallam Ketika Wabah Melanda

1. Tidak Mendatangi Tempat yang Terkena Wabah

Nabi Shollallahu’alayhi wa Sallam bersabda:

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

Artinya: “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari).

2. Menjaga Kebersihan

Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:

الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ

“Kebersihan adalah sebagian dari Iman” (HR. Muslim)

Bahkan setelah bangun tidur pun, kita diperintahkan cuci tangan sebanyak tiga kali, sebagaimana sabda beliau:

‏ إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْرِغْ عَلَى يَدِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ قَبْلَ أَنْ يُدْخِلَ يَدَهُ فِي إِنَائِهِ فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِي فِيمَ بَاتَتْ يَدُهُ

“Ketika bangun tidur, kamu seharusnya cuci tangan tiga kali sebelum beraktivitas karena dia tidak tahu kondisi tangannya saat malam hari.” (HR Muslim).

3. Menahan Diri di Dalam Rumah

‘Aisyah Radhiallahu’anha berkata:

سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الطَّاعُونِ ؟ فَأَخْبَرَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” أَنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ، فَجَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ، فَلَيْسَ مِنْ رَجُلٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ، فَيَمْكُثُ فِي بَيْتِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللهُ لَهُ إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ “

“Aku bertanya kepada Rasulullah Shollallahu’alayhi wa Sallam perihal tha‘un, lalu Beliau memberitahukanku, ‘Zaman dulu tha’un adalah azab yang dikirimkan Allah kepada siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang beriman. Tiada seseorang yang sedang tertimpa tha’un, kemudian menahan diri di rumahnya dengan bersabar serta mengharapkan ridha ilahi seraya menyadari bahwa tha’un tidak akan mengenainya selain karena telah menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid,’” (HR Ahmad).

4. Menghindar atau Jaga Jarak dengan Orang Asing dalam Area Pandemi Menular

Rasulullah Shollallahu’alayhi wa Sallam bersabda:

فِرَّ مِنَ الْمَجْذُوْمِ فِرَارَكَ مِنَ الأَسَدِ

Larilah dari penderita penyakit kusta seperti engkau lari dari singa” (HR. Muslim)

5. Perbanyak Berdo’a dari Penyakit Mematikan

Rasulullah Shollallahu’alayhi wa Sallam pernah Berdo’a:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّئِ الأَسْقَامِ


Artinya: “Ya Allah, aku mencari perlindungan kepadamu dari kusta, kegilaan, kaki gajah, dan penyakit jahat. (HR Abu Daud)

* Mari Perbanyak Istighfar Agar Musibah Terangkat

Hal ini sesuai dengan firman Allah :

وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun”. ( Qs Al Anfal : 33 )

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (Asy Syura: 30).

Wallahu A’lam

, , , , , ,

Tinggalkan komentar

Penawar Hati dengan Al-Qur’an

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (Q.S Yunus: 57)

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا
“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian” (Q.S Al-Isra’: 82)

قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ
“Katakanlah: “Al Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman”” (QS. Al-Fushshilat: 44)

Rasulullah Sholallahu’alaihi wa sallam bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً: إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ القَلْبُ
“Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati” (HR. Bukhari, no. 52)

Berkata Abu Hurairah Radhiallahu’anhu:
اَلْقَلْبُ مَلِكٌُ وَالْأَعْضَاءُ جُنُوْدُهُ، فَإِذَا طَابَ الْمَلِكُ طَابَتْ جُنُوْدُهُ، وَإِذَا خَبُثَ الْمَلِكُ خَبُثَتْ جُنُوْدُهُ
“Hati adalah raja, sedangkan anggota badan adalah tentaranya, apabila baik rajanya maka baik juga tentaranya, apabila buruk rajanya maka buruk juga tentaranya” (Riwayat Abdurrazaq dalam Al-Mushonnif XI/221, no. 20375)

Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri Rahimahulloh berkata:
فداو قلبك فإن حاجة الله إلى عباده صلاح قلوبهم
“Obatilah hatimu, sebab kebutuhan Allah terhadap hamba-Nya terletak pada baiknya hati” (Hilyatul Auliyaa’ (II/176, no. 1832)

Al-Imam Ibnul Qayyim Rahimahulloh berkata:
فَمَنْ لَمْ يَشْفِهِ الْقُرْآنُ فَلَا شَفَاهُ الله، وَمَنْ لَم يَكْفِهِ فَلَا كَفَاهُ الله
“Barangsiapa yang tidak bisa disembuhkan dengan Al-Qur’an berarti Allah tidak memberikan kesembuhan padanya, dan barangsiapa tidak dicukupkan oleh Al-Qur’an maka Allah tidak memberikan kecukupan kepadanya” (Zaadul Ma’ad (IV/352))

Beliau juga berkata:
اُطْلُبْ قَلْبَكَ فِيْ ثَلاَثِ مَوَاطِنَ: عِنْدَ سَماعِ الْقُرْآنِ، وَفِيْ مَجَالِسِ الذِّكْرِ، وَفِيْ أَوْقَاتِ الْخُلْوَةِ، فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِيْ هَذِهِ الْمَوَاطِنِ، فَسَلِ اللهَ أَنْ يَمُنَّ عَلَيْكَ بِقَلْبٍِ، فَإِنَّهُ لَا قَلْبَ لَكَ
“Carilah hatimu pada 3 tempat: 1- Saat mendengarkan Al-Qur’an, 2- Ketika dalam majelis dzikir, dan 3- Di saat sedang menyendiri. Jika kamu tidak mendapatinya pada ketiga tempat tadi, maka memohonlah kepada Allah agar kamu diberi hati, karena kamu tidak memiliki hati lagi” (Al-Fawa’id, Hal: 219; Cet. Dar: Al-Hadits)

Ibrahim Al-Khowwash Rahimahullah berkata:
دَواء القلب خَمْسَةُ أَشْيَاءَ
١ – قراءةُ القرآن بالتدبّر
٢ – وخلاَءُ البطنِ
٣ – وقيامُ الليلِ
٤ – والتضرعُ عِندَ السَّحَرِ
٥ – وَمُجَالَسَة الصَّالِحِينَ
Obat hati ada 5 perkara:
1. Membaca Al-Qur’an dengan tadabbur
2. Perut yang kosong (berpuasa)
3. Sholat malam
4. Berdo’a dengan penuh tawadhuk di penghujung malam
5. Bermajelis bersama orang-orang sholeh
(Lih. At-Tibyan fiy Adab Hamalat Al-Qur’an, Hal. 84-85; Cet. Dar Ibnu Hazm)

Wallahu A’lam

, , , , , ,

Tinggalkan komentar

Menggapai Ampunan di Bulan Ramadhan

  • Ramadhan Datang dan Pintu Neraka ditutup

أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَتُغَلَّقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ، لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

“Ramadhan telah datang kepada kalian, -ia adalah- bulan berkah, Allah -Azza wa Jalla- telah mewajibkan kepada kalian berpuasa. Di bulan itu pintu langit dibuka, dan pintu neraka Jahim ditutup dan syetan pembangkang dibelenggu. Demi Allah di bulan itu ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapat kebaikannya, maka sungguh ia tidak mendapatkannya.” (Shahih lighoirihi; Sunanul Kubro An-Nasa’I no. 2427)

  • Pintu-pintu Kebaikan Terbuka Lebar

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ، وَمَرَدَةُ الجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ، فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

” Pada malam pertama bulan Ramadlan syetan-syetan dan jin-jin yang jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satupun pintu yang terbuka dan pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satupun pintu yang tertutup, serta seorang penyeru menyeru, wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah, Allah memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam di bulan Ramadlan”. (HR. Tirmidzi no. 682)

  • Satu Hari saja Bepuasa Karena Allah bisa Menjauhkan dari Neraka Sejauh 70 Tahun; Bagaimana jika Sebulan Penuh ?

Rasulullah Sholallahu’alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنْ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا

“Barang siapa yang shoum (berpuasa) satu hari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka sejauh tujuh puluh tahun” (HR. Bukhari no. 2840)

  • Amalan-amalan Penyebab Ampunan Allah

Rasulullah Sholallahu’alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.(HR. Bukhari no. 38)

 مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa menegakkan Ramadlan karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.(HR. Bukhari no. 37)

  • Rasulullah Menyatakan Kerugian Orang-orang yang Tak Mendapatkan Ampunan di Bulan Ramadhan

أن النبي صلى الله عليه وسلم رقى المنبر فلما رقى الدرجة الأولى قال آمين ثم رقى الثانية فقال آمين ثم رقى الثالثة فقال آمين فقالوا يا رسول الله سمعناك تقول آمين ثلاث مرات قال لما رقيت الدرجة الأولى جاءني جبريل صلى الله عليه وسلم فقال شقي عبد أدرك رمضان فانسلخ منه ولم يغفر له فقلت آمين ثم قال شقي عبد أدرك والديه أو أحدهما فلم يدخلاه الجنة فقلت آمين ثم قال شقي عبد ذكرت عنده ولم يصل عليك فقلت آمين

Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah naik mimbar, maka tatkala menaiki tangga yang pertama beliau berkata, “Aamiin”. Kemudian ketika menaiki tangga yang kedua beliau berkata, “Aamiin”, lalu ketika menaiki tangga yang ketiga beliau berkata, “Aamiin”, maka mereka berkata, “Wahai Rasulullah! Kami telah mendengar engkau berkata, ‘Aamiin’ tiga kali.” Nabi bersabda, “Tatkala Saya menaiki tangga yang pertama maka datanglah Jibril ‘alaihissallam lalu berkata, “Celakalah seorang hamba yang mendapatkan bulan Ramadhan lalu dia meninggalkannya sedangkan dia tidak memohon ampun’ lalu Saya berkata, ‘Aamiin.’ Kemudian (Jibril) berkata, ‘Celakalah seorang hamba yang mendapati orang tuanya atau salah satunya (dalam keadaan tua), tapi tidak dapat masuk ke dalam surga (karena tidak berbakti).’ Lalu Saya berkata, ‘Aamiin.’ Kemudian dia (Jibril) berkata, ‘Celakalah seorang hamba yang namamu disebut di sisinya tapi dia tidak membacakan shalawat kepadamu.’ Lalu saya berkata, ‘Aamiin.'” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod, hadits no. 644)

Semoga kita tidak termasuk orang yang celaka karena mendapati Ramadhan sedangkan dosa-dosa tidak diampuni.

Wallahu A’lam

, , , , , , , ,

Tinggalkan komentar

Plesetan Singkatan VALENTINE’S DAY

Untuk Saudaraku Se-Islam dan Se-Aqidah, ini hanyalah pesan dari seorang yg peduli akan keadaan saudaranya yg latah atas nama peringatan “HARI KASIH SAYANG”:

Tahukah anda apa Valentine’s day itu, yaitu:

V=Virus bahaya
A=Atas nama cinta
L=Luapan negara
E=Eropa Italia
N=Nan mendunia
T=Terasuki oleh pemuda
I=Islam sedunia
N=Nusantara juga kena
E=Eh, nyatanya
S=Setiap 14 F perayaannya

D=Diri ini bersuara
A=Agar kita tak merayakannya
Y=Yg hanya merusak Agama saja

Ingat Sabda Nabi kita Sholallohu’alayhi wa sallam yg mulia, yg bermakna bahwasanya:
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia adalah termasuk golongan mereka” (HR. Abu Dawud dalam Sunannya)

wallahu a’lam

, , , , , ,

Tinggalkan komentar

Berani Mencela Sahabat ??? Rasakan Akibatnya …..

Image

Teguran Ketika Berguru Kepada Orang yang Merendahkan Abu Bakar dan Umar

Amir Ismail bin Ahmad mengatakan:

جاءنا أبونا بمؤدب يعلمنا الرفض، فنمت، فرأيت النبي صلى الله عليه وسلم، ومعه أبو بكر، وعمر، فقال: لم تسب صاحبي  

“Bapak kami mendatangkan seorang guru yang mengajarkan aliran Rafidhah (Kaum yang menghina Abu Bakar, Umar dan sahabat lainnya, pen) kepada kami. Ketika tidur, aku bermimpi melihat Rasulullah Sholallahu’alaihi wa sallam bersama Abu Bakar dan Umar. Beliau bertanya kepadaku: “Kenapa kamu mencaci maki dua sahabatku ?”

فوقفت، فقال لي بيده هكذا، ونفضها في وجهي، فانتبهت فزعاً أرتعد من الحمى. فمكثت على الفراش سبعة أشهر، وسقط شعري، فدخل أخي فقال: أيش قصتك فحدثته. فقال: اعتذر إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم. فاعتذرت وتبت. فما مر لي إلا جمعة حتى نبت شعري

Aku hanya berdiri. Lalu beliau bersabda kepadaku sambil mengibaskan tangannya ke wajahku. Aku terbangun ketakutan. Aku menggigil karena terserang demam. Selama tujuh bulan aku tergolek di atas tempat tidur. Rambutku mengalami kerontokan. Saudaraku datang menjengukku dan meminta supaya aku bercerita. Mendengar pengalaman yang kuceritakan, ia berkata: “Minta maaflah kepada Rasulullah”. Kemudian, aku minta maaf dan bertobat. Sepekan kemudian rambutku tumbuh kembali”. (Tarikh al-Islam, Karya Imam Adz-Dzahabi, hal. 109)

Adzab Bagi Pencela Ali bin Abi Thalib

Qais bin Abu Hazim berkata:

كنت بالمدينة فبينا أنا أطوف في السوق إذ بلغت أحجار الزيت فرأيت قوما مجتمعين على فارس قد ركب دابة وهو يشتم علي بن أبي طالب والناس وقوف حواليه إذ أقبل سعد بن أبي وقاص فوقف عليهم فقال ما هذا فقالوا رجل يشتم علي بن أبي طالب

“Ketika aku di Madinah dan sedang berkeliling di pasar, aku melihat beberapa orang mengerumuni seorang berkebangsaan Persia di dekat tumpukan batu. Di atas punggung kudanya, orang itu mencaci maki Ali bin Abu Thalib. Sementara orang-orang hanya bisa berdiri di sekelilingnya. Tiba-tiba muncul Sa’ad bin Abu Waqqosh. Ia ikut bergabung dengan mereka. Ia bertanya, kenapa orang itu ?. Mereka menjawab: ‘Ia sedang mencaci maki Ali bin Abu Thalib’.

فتقدم سعد فأفرجوا له حتى وقف عليه فقال يا هذا على ما تشتم علي بن أبي طالب ألم يكن أول من أسلم ألم يكن أول من صلى مع رسول الله صلى الله عليه وسلم ألم يكن أزهد الناس ألم يكن أعلم الناس

Sa’ad segera merangsak ke depan dan tiba di dekat orang itu. Dengan marah Sa’ad berkata: “Hai, kenapa kamu mencaci maki Ali bin Abu Thalib ? Bukankah dia orang pertama masuk Islam ? Bukankah ia orang pertama Sholat bersama Rasulullah Sholallahu’alaihi wa sallam ? Bukankah ia orang yang paling zuhud ? Bukankah ia orang yang paling berilmu ?

وذكر حتى قال ألم يكن ختن رسول الله صلى الله عليه وسلم على ابنته ألم يكن صاحب راية رسول الله صلى الله عليه وسلم في غزواته

Sa’ad terus menyebutkan keutamaan-keutamaan Ali, sampai akhirnya ia berkata: “Bukankah ia menantu Rasulullah Sholallahu’alaihi wa sallam ? Bukankah ia yang membawa bendera Islam dalam beberapa pertempuran yang diikuti oleh Rasulullah Sholallahu’alaihi wa sallam ?

ثم استقبل القبلة ورفع يديه وقال اللهم إن هذا يشتم وليا من أوليائك فلا تفرق هذا الجمع حتى تريهم قدرتك

Lalu Sa’ad menghadap ke arah kiblat. Sambil mengangkat tangan ia berdo’a: “Ya Allah, orang ini telah berani mencaci-maki salah seorang kekasih-Mu. Tolong jangan bubarkan orang-orang ini sebelum Engkau tunjukkan kekuasaan-Mu kepada mereka”.

قال قيس فوالله ما تفرقنا حتى ساخت به دابته فرمته على هامته في تلك الأحجار فانفلق دماغه ومات

Qais berkata: “Demi Allah, sebelum kami bubar tiba-tiba kuda yang dinaiki oleh orang itu melemparkan tubuhnya mengenai tumpukan batu sehingga otaknya keluar dan ia mati seketika”. (Mustadrak ‘ala Shahihain, Imam Hakim hadits no. 6121; Shahih atas syarat Shahihain)

Bencana Kepada Pencela Abu Hurairah

قال القاضي أبا الطيب: كنا في مجلس النظر بجامع المنصور فجاء شاب خراساني فسأل عن مسألة المصراة فطالب بالدليل حتى استدل بحديث أبي هريرة الوارد فيها

Al-Qadhi Abu Thoyyib berkata: “Suatu ketika kami berada di sebuah majlis di Jami;’ Al-Manshur. Datanglah seorang pemuda dari Khurasan. Kemudian dia bertanya tentang masalah ternak yang tidak diperah beberapa hari hingga ambing susunya penuh, dan dia meminta dalilnya. Kemudian disampaikan kepadanya hadits Abu Hurairah yang menyebutkan hal tersebut.

فقال وكان حنفيا أبو هريرة غير مقبول الحديث  فما استتم كلامه حتى سقط عليه حية عظيمة من سقف الجامع فوثب الناس من أجلها وهرب الشاب منها وهي تتبعه  فقيل له تب تب فقال تبت فغابت الحية فلم ير لها أثر  إسنادها أئمة 

Pemuda itu (kebetulan seorang penganut madzhab Hanafi) lantas berkata: “Abu Hurairah tidak diterima haditsnya”. Belum selesai dia berucap demikian hingga muncullah seekor ular besar dari atap masjid. Orang-orang berhamburan karenanya. Pemuda tersebut lari namun ular tersebut terus mengejarnya. Orang-orang berkata padanya: “Bertobatlah!! Bertobatlah!!”. Dia lantas berkata: “Saya bertobat!”. Lalu ular tersebut hilang tanpa bekas, Dalam sanadnya adalah para Imam. (Siyar A’lam An-Nubala, Imam Adz-Dzahabi)

***Wallahu A’lam***

 

, , , , , , ,

Tinggalkan komentar

Jangan Mencela Penuntut Ilmu

Image

Rasulullah Sholallahu’alaihi wa sallam bersabda:

أَلَا إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ

Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu terlaknat, apa yang ada di dalamnya pun terlaknat, kecuali dzikir kepada Allah, melakukan perbuatan yang diridhai­Nya. orang yang pandai, dan orang yang belajar (terpelajar) ” (HR. Tirmidzi no. 2322; Ibnu Majah no. 4112)

عن معأوية بن قرة قال قال أبو الدرداء اطلبوا العلم فان عجزتم فاحبوا أهله فان لم تحبوهم فلا تبغضوهم

Dari Mu’awiyah bin Qurrah, Abu Darda Radhiallahu’anhu berkata: “Tuntutlah ‘ilmu. Jika kalian tidak mampu menuntut ‘ilmu, maka cintailah pemilik ‘ilmu, dan jika kalian tidak mencintai mereka maka janganlah kalian membencinya” (Shifatus Shohwah, Imam Ibnul Jauzi)

Abu Darda Radhiallahu’anhu berpesan:

كن عالما أو متعلما أو مستعلما أو محبا ولا تكن الخامس فتهلك وهو الذي لا يعلم ولا يتعلم ولا يستمع ولا يحب

“Jadilah alim  (orang yang berilmu), muta’allim  (orang yang menuntut ilmu), mustami’ (orang yang mendengar iimu), atau muhibb  (orang yang mencintai ilmu). dan jangan menjadi orang kelima sehingga kamu celaka. Dia adalah orang yang tidak berilmu, tidak belajar, tidak mendengar, dan tidak pula mencintai orang yang berilmu.” (Al-Kaba’ir, Imam Adz-Dzahabi)

Rasulullah Sholallahu’alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ

Siapa saja yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka Allah akan membuka jalan baginya menuju surga. Sesungguhnya para malaikat akan membentangkan sayapnya karena keridhaan mereka terhadap orang yang menuntut ilmu.” (HR. Abu Dawud no. 3641; Tirmidzi no. 2682; Ibnu Majah no. 223)

Berkenaan dengan hadits di atas, ada sebuah kisah menarik:

Dari Abu Yahya Zakariya bin Yahya As-Saji Rohimahulloh, dia berkata:

كنا نمشي في أزقة البصرة إلى باب بعض المحدثين، فأسرعت المشي، وكان مع رجل ماجن منهم في دينه فقال: ارفعوا أرجلكم عن أجنحة الملائكة لا تكسروها، كالمستهزئ! فما زال في موضعه حتى جفت رجلاه وسقط!

“Kami pernah berjalan di sebuah jalan sempit Bashrah menuju tempat ahli hadits. Kami lantas mempercepat langkah kami. Ketika itu ada bersama kami seorang lelaki yang senang berkelakar tanpa malu yang diragukan keislamannya. Dia berkata: ‘Angkat kaki kalian dari sayap-sayap malaikat, jangan sampai kalian mematahkannya’ (Layaknya seorang yang sedang mengejek). Dia belum berpindah dari tempatnya hingga kakinya mengejang dan dia pun terjatuh” (Bustanul Arifin, Imam An-Nawawi)

-وقال الحافظ عبد القادر: إسناد هذه الحكاية كالأخذ باليدين، أو كرأي العين؛ لأن رواتها أعلام، ورواتها أئمة.

 

Al-Hafizh Abdul Qodir berkata: “Sanad dari kisah ini seperti memegang dengan kedua tangan, atau seperti dilihat dengan kedua mata; karena kemantapan perawinya, perawi kisah ini adalah para Imam”. (Bustanul Arifin, Imam An-Nawawi)

***Wallohu A’lam***

, , , , , ,

Tinggalkan komentar

‘Amalan hati Penghuni Surga

'Amalan hati Penghuni Surga

1 Komentar

Akibat Menyepelekan Sunnah Nabi

ImageA

Masih Berani Mencela Sunnah ???

Kisah Pertama

  قَالَ سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ: أَنَّ رَجُلًا أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِمَالِهِ، فَقَالَ: «كُلْ بِيَمِينِكَ» ، قَالَ: لَا أَسْتَطِيعُ، قَالَ: «لَا اسْتَطَعْتَ» ، مَا مَنَعَهُ إِلَّا الْكِبْرُ، قَالَ: فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ

Salamah bin Akwa’ berkata: “Pernah ada seorang lelaki makan di dekat Rasulullah dengan tangan kiri. Beliau lantas berkata: “Makanlah dengan tangan kananmu”. Lelaki itu menjawab: “Aku tidak bisa”. Rasulullah berkata, “Mudah-mudahan engkau benar-benar tidak bisa. Tidak ada yang menghalanginya untuk melakukannya kecuali kesombongan”. Salamah berkata: “Kemudian dia tidak bisa mengangkat tangannya untuk menyantap makanan” (Lihat HR. Muslim no. 2021)

Kisah Kedua

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: «نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُشْرَبَ مِنْ فِي السِّقَاءِ»

Dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwasanya Rasulullah Sholallahu’alaihi wa sallam melarang seorang minum langsung dari lubang kendi. (HR. Bukhari 5628)

قَالَ أَيُّوبُ: ” فَأُنْبِئْتُ أَنَّ رَجُلًا شَرِبَ مِنْ فِي السِّقَاءِ، فَخَرَجَتْ حَيَّةٌ “

Ayyub berkata, “Sampai sebuah berita kepadaku bahwa seorang lelaki langsung minum dari lubang kendi, tiba-tiba seekor ular keluar dari lubangnya” (HR. Ahmad no. 7153)

Kisah Ketiga

عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ حَرْمَلَةَ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ يُوَدِّعُهُ بِحَجٍّ أَوْ عُمْرَةٍ فَقَالَ لَهُ: لَا تَبْرَحْ حَتَّى تُصَلِّيَ، فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ

Dari Abdurrahman bin Harmalah, dia berkata: “Seorang lelaki datang kepada Sa’id bin Musayyib mengucapkan salam perpisahan untuk haji atau umroh. Sa’id berkata kepadanya: “Jangan pergi dulu sampai engkau Sholat. Sesungguhnya Rasulullah Sholallahu’alaihi wa sallam bersabda:

«لَا يَخْرُجُ بَعْدَ النِّدَاءِ مِنَ الْمَسْجِدِ إِلَّا، مُنَافِقٌ، إِلَّا رَجُلٌ أَخْرَجَتْهُ حاجةُ، وَهُوَ يُرِيدُ الرَّجْعَةَ إِلَى الْمَسْجِدِ»

“Tidaklah keluar dari masjid setelah adzan kecuali seorang munafiq. Kecuali seorang lelaki yang dipaksa keluar oleh suatu keperluan dan berniat untuk kembali ke masjid”

فَقَالَ: إِنَّ أَصْحَابِي بِالْحَرَّةِ قَالَ: فَخَرَجَ، قَالَ: فَلَمْ يَزَلْ سَعِيدٌ يَوْلَعُ بِذِكْرِهِ، حَتَّى أُخْبِرَ أَنَّهُ وَقَعَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَانْكَسَرَتْ فَخِذُهُ

Lelaki itu berkata: “Teman-teman saya berada di Hurrah”. Kemudian dia pergi. Sa’id masih saja menyebut lelaki tersebut hingga datang berita bahwa lelaki tersebut terjatuh dari kendaraannya dan pahanya patah” (Kisah ini terdapat dalam Sunan Ad-Darimi, hadits no. 460; Mushonnif Abdurrozaq no. 1945)

Kisah Keempat

قال القاضي أبا الطيب: كنا في مجلس النظر بجامع المنصور فجاء شاب خراساني فسأل عن مسألة المصراة فطالب بالدليل حتى استدل بحديث أبي هريرة الوارد فيها

Al-Qadhi Abu Thoyyib berkata: “Suatu ketika kami berada di sebuah majlis di Jami;’ Al-Manshur. Datanglah seorang pemuda dari Khurasan. Kemudian dia bertanya tentang masalah ternak yang tidak diperah beberapa hari hingga ambing susunya penuh, dan dia meminta dalilnya. Kemudian disampaikan kepadanya hadits Abu Hurairah yang menyebutkan hal tersebut.

فقال وكان حنفيا أبو هريرة غير مقبول الحديث  فما استتم كلامه حتى سقط عليه حية عظيمة من سقف الجامع فوثب الناس من أجلها وهرب الشاب منها وهي تتبعه  فقيل له تب تب فقال تبت فغابت الحية فلم ير لها أثر  إسنادها أئمة 

Pemuda itu (kebetulan seorang penganut madzhab Hanafi) lantas berkata: “Abu Hurairah tidak diterima haditsnya”. Belum selesai dia berucap demikian hingga muncullah seekor ular besar dari atap masjid. Orang-orang berhamburan karenanya. Pemuda tersebut lari namun ular tersebut terus mengejarnya. Orang-orang berkata padanya: “Bertobatlah!! Bertobatlah!!”. Dia lantas berkata: “Saya bertobat!”. Lalu ular tersebut hilang tanpa bekas, Dalam sanadnya adalah para Imam. (Siyar A’lam An-Nubala, Imam Adz-Dzahabi)

Kisah Kelima

قطب الدين اليونيني قال بلغنا أن رجلا يدعى أبا سلامة من ناحية بصرى كان فيه مجون واستهتار

Quthbuddin Al-Yunani berkata: “Telah sampai kepada kami berita seorang lelaki yang dipanggil Abu Salamah dari salah satu daerah Bashrah (Seorang yang suka melawak dan membual).

فذكر عنده السواك وما فيه من الفضيلة فقال والله لا استاك إلا في المخرج يعني دبره فأخذ سواكا فوضعه في مخرجه ثم أخرجه

Ada seseorang menyebut tentang siwak dan keutamaannya di dekatnya. Lelaki tersebut berkata: “Demi Allah, aku hanya memakai siwak pada duburku”. Kemudian dia mengambil siwakdan meletakkannya pada duburnya lalu mengeluarkannya lagi.

فذكر عنده السواك وما فيه من الفضيلة فقال والله لا استاك إلا في المخرج يعني دبره فأخذ سواكا فوضعه في مخرجه ثم أخرجه فمكث بعده تسعة أشهر وهو يشكو من الم البطن والمخرج فوضع ولدا على صفة الجرذان له أربعة قوائم ورأسه كراس السمكة وله أربعة انياب بارزة وذنب طويل مثل شبر وأربع اصابع وله دبر كدبر الارنب ولما وصعه صاح ذلك الحيوان ثلاث صيحات فقامت ابنة ذلك الرجل فرضخت رأ سه فمات

Setelah itu dia mengeluhkan rasa sakit pada perut dan anusnya selama Sembilan bulan. Kemudian dia melahirkan sejenis tikus dengan empat kaki, kepalanya seperti kepala ikan dan pantatnya seperti pantat kelinci. Setelah keluar, hewan tersebut mengeluarkan suara keras sebanyak tiga kali. Anak perempuan lelaki tersebut bangun dan memukul kepala hewan tersebut hingga mati.

وعاش ذلك الرجل بعد وضعه له يومين ومات في الثالث وكان يقول هذا الحيوان قتلني وقطع امعائي

Dan lelaki itu tetap hidup setelah melahirkan hewan tersebut selama dua hari, dan pada hari ketiga dia meninggal dunia. Dia pernah berkata: “Hewan initelah membunuhku dan memotong-motong ususku”.

وقد شاهد ذلك جماعة من أهل تلك الناحية وخطباء ذلك المكان ومنهم من رأى ذلك الحيوان حيا ومنهم من رآه بعد موته وممن توفي فيها من الاعيان

Hewan tersebut sempat dilihat oleh banyak orang dari penduduk daerah tersebut dan para khatib tempat itu. Ada yang melihatnya ketika hewan itu masih hidup dan ada yang melihatnya setelah hewan itu mati. (Al-Bidayah Wa Nihayah; Al-Hafizh Ibnu Katsir)

***Wallahu A’lam***

 

, , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar

Ekspresi dan Penerapan Cinta Kepada Nabi

Penerapan Cinta Kepada Rasulullah Muhammad Sholallahu’alaihi wa sallam

1. Mencintai Sunnah Nabi Sholallahu’alaihi wa sallam
Rasulullah Sholallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Siapa yang membenci sunnahku, maka dia bukan golonganku” (HR. Bukhari, no. 5063; Muslim, no. 1401)

2. Menerima Hadits-hadits Nabi yang Shohih
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh amat keras hukumannya” (Q.S Al-Hasyr: 7)

3. Mengembalikan Setiap Permasalahan Agama Kepada Alloh dan Rasul-Nya
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Alloh dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Q.S Al-Hujuraat: 1)

4. Menimbulkan Rasa Khidmat Ketika Nama Nabi Sholallahu’alaihi wa sallam disebut
Dalam penafsiran 3 ayat pertama Surat Al-Hujuraat, Hammad bin Zaid berkata: “Aku berpendapat bahwa mengangkat suara atasnya (Nabi Sholallahu’alaihi wa sallam) setelah wafatnya adalah sama halnya mengangkat suara di masa hidupnya. Jika hadits dibacakan maka wajib atasmu untuk mendengarkan dengan seksama sebagaimana kamu mendengarkan Al-Qur’an” (Siyar ‘Alamin Nubala’, 7/348)

5. Mencintai Orang-orang yang Menerapkan Sunnah Nabi
Orang-orang yang menerapkan sunnah Nabi adalah ahli sunnah atau ahli atsar, sedangkan orang-orang yang membencinya adalah ahli bid’ah. Imam Abu Hatim Ar-Rozi berkata: “Karakter utama ahli bid’ah adalah membenci dan memusuhi ahli atsar, dan karakter utama orang zindiq memberi nama ahli sunnah dengan hasyawi yaitu perusak makna atsar” (Syarh Ushul I’tiqad Ahli Sunnah, 1/204)

6. Menghidari dan Menjauhi Bid’ah
Rasulullah Sholallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah Kitabullah, dan sebaik-baik jalan hidup ialah jalan hidup Muhammad, sedangkan seburuk-buruk urusan agama ialah yang diada-adakan. Tiap-tiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan tiap bid’ah adalah sesat, dan tiap kesesatan (menjurus) ke neraka” (HR. Muslim)

Ibnu Umar Rodhiallahu’anhuma berkata: “Tidaklah muncul kebid’ahan melainkan semakin bertambah sesat, dan tidaklah sunnah ditinggalkan melainkan bertambah lari dari kebenaran” (Al-bida’ Wan Nahyu ‘Anha)

Ibnu Abbas Rodhiallahu’anhuma berkata: “Sesungguhnya sesuatu yang paling dibenci Alloh adalah perkara bid’ah” (Syarah Sunnah, Al-Mawardzi)

7. Tidak Berlebihan dalam Menyanjung Nabi Sholallahu’alaihi wa sallam
Rasulullah Sholallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Janganlah kamu berlebih-lebihan dalam mengagungkanku sebagaimana kaum Nasrani berlebihan ketika mengagungkan Ibnu Maryam, akan tetapi katakanlah aku hanya seorang hamba dan utusan-Nya” (HR. Bukhari, no. 3445)

8. Memperbanyak Sholawat atas Nabi Sholallahu’alaihi wa sallam
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Alloh dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (Q.S Al-Ahzab: 56)

Nabi Sholallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Siapa membaca sholawat atasku sekali, maka Alloh bersholawat atsnya sepuluh kali” (HR. Muslim, no. 284)

Nabi Sholallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh celaka bagi seseorang yang disebutkan namaku di sisinya maka dia tidak bersholawat kepadaku” (HR. Tirmidzi, no. 3545; Ahmad, dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Irwa’)

9. Menjaga Kehormatan Para Sahabat Nabi yang Setia
Nabi Sholallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“ Janganlah mencaci sahabat-sahabatku. Demi Dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, seandainya salah seorang di antara kalian menginfakan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan menyamai (pahala) satu mud salah seorang di antara mereka [Sahabat nabi], dan tidak pula (menyamai pahala/ setengahnya” (Mutafaqq ‘alaih; HR. Tirmidzi, no. 3861)

Dalam riwayat lain:
“Bertaqwalah kalian kepada Alloh (saat berbicara) tentang sahabatku, janganlah kalian jadikan mereka sebagai sasaran (hujatan). Siapa yang mencintai mereka (sahabat), maka dengan kecintaanku, aku akan mencintai mereka, siapa yang membenci meeka (sahabat), maka dengan kebencianku aku akan membenci mereka, dan siapa menyakiti mereka (sahabat) maka berarti mereka telah menyakitiku, dan siapa menyakitiku maka telah menyakiti Alloh, dan siapa yang menyakiti Alloh maka hampir-hampir Alloh mengadzabnya” (HR. Tirmidzi, no. 3862, dia berkata hadits ini hasan gharib dan tidak ditemukan jalur kecuali jalur ini, Syaikh Al-Albani melemahkannya)

*** Wallohu A’lam ***

, , , , , , , ,

Tinggalkan komentar

  • Kajian.Net
  • Kategori

  • rindusunnah.com
  • Calendar

    April 2024
    S S R K J S M
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    2930